Sunday, March 31, 2013

Al Qur'an itu tidak lain adalah peringatan
bagi seluruh alam.

Bagi siapa diantara kamu
yang menghendaki jalan yang lurus.

Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu,

Kecuali apabila dikehendaki oleh Allah,
Tuhan seluruh alam

(At Takwir, 27-29)


MasyaAllah. Tadi sore dibacakan ayat ini dan hanya masyaAllah. Betapa beruntungnya saya yang masih mampu menikmati jalan ini. Merasakan cinta Allah yang masyaAllah bertubi-tubi datangnya. Walaupun saya masih terseok-seok membangun keimanan hati ini, masih harus pontang-panting memperbaiki diri, dan iman yang masih compang-camping disana sini. Sebuah syukur yang mendalam ketika Allah masih menguatkan saya untuk bertahan di jalan ini.

Dan saya mencoba komparasikan dengan Abu Jahal (asbabun nuzul turunnya At Takwir 28), yang bahkan jelas-jelas menolak menempuh jalan yang lurus ini. Sejatinya bukan Abu Jahal yang tidak ingin, tapi Allah. Allah yang bahkan tidak ngin menerima iman Abu Jahal.

Tidak heran, bagaimana Rosululloh sholat malam hingga bengkak-bengkak. Sebagai bentuk syukurku yang lebih pada Allah, kata beliau. Ternyata, salah satu nikmat terhebat itu adalah iman ini. Nikmat iman yang sangat sering sekali saya lupakan. Nikmat iman yang sungguh seharusnya mampu membuat saya bersyukur lebih-lebih, lebih dari ini. Jauh lebih dari ini.





Saturday, March 30, 2013

Saturday, March 23, 2013

Motherhood

'Didiklah anakmu bahkan sebelum dia ada dalam rahimmu'

Tentang jalanan. Keras. Kata orang hidup di jalanan itu keras. Tapi siapa yang sangka, menjadi anak rumahan sama kerasnya. Orang-orang biasa menyebut mereka 'anak kolong'.

Hari itu, seseorang bercerita di hadapan saya. Dulu, dia hidup dengan status sebagai anak kolong. Tinggal di perumahan, dengan orang tua berada, dengan pangkat yang masih menjadi nilai paling dipandang di mata masyarakat. Anak kolong mungkin hidup dalam gelimangan harta, tapi belum tentu bergelimang harta itulah yang dibutuhkan. Ada kasih sayang, ada perhatian. Bukan dari pembantu, tapi dari orang tua. Klise! Tapi itulah yang nyata-nyata terjadi di masyarakat. Dan seorang anak kolong ini  --yang bercerita di hadapan saya-- salah satu anak kolong yang mengalami itu.

Berbagai tekanan yang beliau hadapi, dipaksa masuk kedokteran. Padahal beliau menyadari bahwa beliau tidak mau dan merasa tidak mampu. Diberi uang jajan berlebihan. Ternyata, semua tekanan ini, menjerumuskan beliau ke dalam dunia gelap. Narkotika.

Hingga saat ini, beliau telah melakukan rehabilitasi sebanyak tujuh kali. Baru bisa berhenti dari mengkonsumsi obat-obatan. Fakta lain, ketika seseorang terjebak dalam kungkungan narkoba, maka satu pikiran yang ada ketika bangun tidur adalah 'dimana? darimana? bisa mendapatkan barang'. Hingga nantinya, kecenderungan pemakai adalah mencuri. Pun begitu dengan beliau. Hingga beliau dikucilkan masyarakat, dibenci orang tua. Sebuah keadaan dimana beliau tidak hanya sakit secara fisik, tapi juga psikologis.

Satu cerita, beliau sakaw. Tubuhnya meraung-raung meminta barang haram itu. Di depan orang tuanya sendiri, beliau kesakitan. Respon dari ayah beliau adalah 'mampus kamu! salah siapa!'. Tapi tidak dengan seorang ibu, 'ayo nak. cari obat. cari dimana?'. Hingga kemudian beliau bercerita bahwa ayah, ibu, dan beliau sendiri akhirnya mencari obat. Dan menyuntikkannya di hadapan orang tuanya. Orang tua mana yang tidak sakit melihat anaknya yang seorang pengguna narkoba menggunakan obat di hadapannya? di depan kedua matanya?

Dari diskusi itu, saya menyadari. Betapa, betapa pentingnya mendidik anak bahkan sebelum anak itu ada di dalam rahim. Yang kita dapatkan hari ini, adalah yang akan anak kita dapatkan besok. Bagaimana kita menempa diri sekarang, adalah sebuah gambaran bagaimana anak kita akan kita didik besok. Bagaimana kemudian kita mampu mengapresiasi hal-hal yang anak kita berhasil lakukan. Hal kecil misalnya nilai 8. Mungkin bagi kita itu biasa saja, tapi itu adalah sebuah prestasi. Menjadi masalah ketika kita marah jika anak kita mendapat nilai 5, namun biasa saja ketika mendapat nilai 8. Maka anak akan mencari perhatian dengan cara yang lain. Narkoba misalnya.

Abstrak awalnya. Pun di mata saya. Karena saya tidak melihat itu terjadi. Hanya di televisi. Dan saya cuma berpikir 'ah paling salah pergaulan'. Tapi ternyata, kita. Kita sendiri yang mungkin menjadi penyebab awal hancurnya anak kita. Na'udzubillah..

Jadi, parenting itu bukan untuk di-anti-in. Tapi untuk disiapkan :)

Wednesday, March 13, 2013

The jlebest

Udah lama nih nggak posting. Harusnya saya menghukum diri sendiri karena tidak meluangkan waktu buat nulis (┌_┐)
Senin pagi saat saya sibuk-sibuk pake jilbab buru-buru karena udah hampir telat (ini kebiasaan yang frustating), saya diajakin main sama temen kos.

Dia : Mbak, main yuk. Besok mbak yasmin pasti mau pergi kemana-mana ya?
Saya : Iya, aku kan sibuk hahaha ( ‾▽‾)
Dia : Sibuk apa nggak bisa bagi waktu?
Saya : ( •_•)  *hening*

#JlebMoment

Monday, March 4, 2013

jumper, learning to be brave

Bungee jumping, pernah dengar? Itu salah satu permainan kalau boleh saya bilang, atau semacam aktivitas dimana seserorang akan melompat dari ketinggian tertentu. Biasanya dilakukan di gedung tertentu, atau tebing, atau menara. Sang jumper akan dilengkapi dengan pengaman yang akan menahan tubuhnya ketika sudah menjatuhkan diri ke bawah.

 


Melihat video orang-orang yang melakukan bungee jumping, awalnya mereka akan ketakutan. Takut akan ketinggian lah, takut tali pengaman akan lepas, dan ketakutan-ketakutan lain. Bahkan harus maju mundur beberapa kali untuk memutuskan akan melompat sekarang atau tidak. Ketakutan-ketakutan itu wajar, saya pun sering seperti itu tidak hanya di Bungee jumping. Tapi ketika sudah jatuh ke bawah, rasanya? Wuuuuuus

Saya sering merasa seperti itu untuk melakukan sesuatu. Mau mulai harus takut-takut dulu. Mikir ini mikir itu. Tapi nyatanya ketika sudah dilakukan, semua akan mengalir. Itulah kenapa, ada sebuah nasihat. Jika akan melakukan sesuatu tapi bingung harus memulai dari mana? Mulai sekarang. Apapun. Apapun yang bisa dilakukan lebih dahulu. Bukan mengesampingkan strategi, tapi ada saat ketika kita benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

Apa yang Anda lakukan ketika ada kesempatan tapi Anda belum siap? AMBIL!




PS :

Perjalanan #1