Wednesday, October 30, 2013

Hujan pertama

28 Oktober 2013 hujan pertama di tahun ini yang jatuh ke tubuhku. Menuju hujan november

Monday, October 21, 2013

1:28

Setelah orang-orang mulai beralih ke tempat lain, saya masih setia di blogspot :3

Ya, tiba-tiba tadi sempat berpikir. Kenapa saya tiba-tiba Allah damparkan (?) di rumah 70 guru ini. Tentu saja untuk belajar, untuk apalagi. Iya, tapi belajar apa? Ternyata belajar banyak, banyak sekali. Walaupun di awal harus terseok-seok membagi waktu, bahkan pernah hilang dari jangkauan; tapi saya sadar, saya masih berproses. Jumpalitan di dalam, ribut-ribut di hati, wajah depresi, mungkin hanya sebagian hasil dari proses ini. Entahlah, jalan ini akan Allah selesaikan seperti apa, kapan, dan bagaimana. Sesungguhnya rumah 70 guru ini hanya perantara Allah untuk mengimplementasikan kurikulumNya spesial untuk saya. Dan yang jelas inilah jalan saya, dan itu tergantung saya akan melewatinya dengan cara apa.

Oya, saya harus beli buku latihan bahasa Jepang (reminder kok disini -.-). InsyaAllah mau ke Jepang, nanti. aamiin hehe

Friday, October 18, 2013

Jika suatu saat nanti kau jadi Ibu

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid. Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia:
“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman.
“Isy kariman au mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair.
Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-kata Asma’ abadi hingga kini.

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya:

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

***

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses. Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor.  Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Saturday, October 12, 2013

Di otakku saat ini

Akhir-akhir ini Vovo sering panas, begitu juga otak saya. Terlalu banyak hal terjadi dua bulan terakhir hingga saya terlalu shock dan hilang kendali. Ada hari ketika semua orang mencari saya, 'Yasmin kemana? Kok sering hilang?'. Saudaraku, aku disini. Kalian mungkin terlalu terbiasa dengan perizinanku sebulanan terakhir sehingga ketika aku sudah disinipun kalian masih menganggap Yasmin hilang.

Lalu perubahan pola hidup yang sangat drastis ketika mulai di asrama dengan 70 guru sekaligus. Kadang saya masih harus mengadaptasi diri, mental, dan jadwal saya. Mungkin awalnya lumayan sering kacau. Hingga seseorang bilang saya terlihat depresi disana -___-
Pun di kampus, perubahan jadwal kuliah yang drastis, dari 6 minggu kuliah direduksi menjadi 5 minggu.

Shock. Terlalu banyak perubahan yang harus saya hadapi akhir-akhir ini. Hidup saya rasanya tidak lagi naik turun alurnya, tapi terus naik. Tensi juga terus naik #eh

Quasi experimental.. *lanjut belajar*

Semangat ujian!

Allah yang Maha Tahu kemampuanmu nak..
Seperti apapun kejadian dan ujian yang harus kamu lewati, itu adalah cara Allah mentarbiyahmu.
Berat, ringan, akan selalu ada maksudnya. Harus membuatmu menangis berhari-hari, atau harus membuatmu sedikit depresi, saat itulah Allah sedang membuatmu menjadi muslim yang tangguh. Sehingga kamu mampu membela agama Allah ini dengan sebaik-baiknya kemampuanmu. Menjadi seorang mujahiddah itu wajib. Berusahalah nak, karena berusaha tak membuatmu rugi apapun.

Tetaplah berjalan di jalan ini, nikmati kurikulum Allah atas hidupmu
Tidak usah sok tahu, ada Allah Yang Maha Tahu

Wednesday, October 9, 2013

Tentang mereka, yang sekarang entah sudah menjadi siapa

Sejak mereka mengatakan mereka semakin dekat, maka pada saat itu pula aku merasa aku yang semakin menjauh. Mungkin iman ku lah yang sudah robek disana sini. Sehingga tidak mampu menyamai kalian yang sudah jauh di sana. Mungkin kalian bilang aku yang semakin pendiam, sebenarnya aku yang lebih malas bicara. Benar kata ustadz Salim, ketika pertemuan serasa menyakitkan mungkin iman kita yang sedang sakit. Dan tentu imanku lah yang lebih sering.

Sebutlah dalam statistik, aku adalah outlier diantara kalian. Mengejar kalian, mungkin ini yang mampu aku lakukan saat ini. Menjahit kembali iman yang compang-camping ini. Menyamai kalian, mungkin belum bisa. Semoga teman teman mampu lulus dari ujian kesabaran menghadapi saya.

Perjalanan #1