Sunday, May 19, 2013

Prof



Entah tersirat hari ini, saya ingin jadi Profesor. Random, namun entah. Diagnosa saya, karena saya selama ini masih malas-malasan mengejar ilmu. Lalu, dalam dua hari ini berganti ganti profesor-profesor berbagi ilmunya di hadapan saya. It's madly inspiring
Layaknya Ibnus Sina dan Imam Syafi'i, seorang profesor di bayangan saya adalah seseorang yang punya banyaaak sekali pengetahuan. Dan inilah poin yang menginspirasi, bagaimana mereka bisa sehaus itu akan ilmu. Sekolah, sekolah, sekolah. Belajar, belajar, belajar. Saya akui, kedokteran itu menarik. Menarik sekali, karena pada hakikatnya kita memahami diri sendiri. Kata Abi, ini adalah salah satu ilmu untuk mengenal Allah melalui ciptaan Beliau. Semoga ini bisa menjadi salah satu amal terbaik saya yang akan saya pertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah

Oya, tadi sore sudah saya patenkan secara tidak terpaksa, saya ingin jadi Profesor.
Sounds funny, even for my self, but you can call it 'my affirmation






yang ada di otak saya saat ini

Saya suka mendengar. Makanya saya suka ikut seminar. Saya suka mendengarkan orang bercerita. Lalu saya menebak-nebak, kira-kira dia orang yang seperti apa. Atau lewat tulisan, saya coba memahami orang dengan gaya penulisannya. Entah juga, gaya penulisan saya sudah mencerminkan saya atau belum. Tapi ini yang saya sebut kepo, saya ingin tahu isi otak orang lain. Dengan gyrus dan sulcus yang kurang lebih sama dengan milik saya, tapi dengan sambungan synapse dan neuron yang berbeda. Saya ingin tahu perbedaan itu.

Thursday, May 9, 2013

Akhwat Genit


Dicopy dari : Akhwat Genit


Akhawat; sebutan akrab untuk para wanita muslim. Akhawat secara bahasa arab artinya saudara perempuan. Namun sudah ma’lum (diketahui) bahwa ’saudara’ yang dimaksud disini adalah saudara seiman, sama-sama muslim. Hal ini bukan tak berdasar, karena nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain” (HR. Muslim, no. 2564).

Namun memang sebagian orang menggunakan istilah akhawat untuk makna yang lebih sempit. Ada yang menggunakan istilah akhawat khusus untuk para muslimah yang aktifis dakwah, yang bukan aktifis dakwah bukan akhawat. 

Ada juga menggunakan istilah akhawat khusus untuk para muslimah yang berjilbab lebar, yang berjilbab pendek bukan akhawat. Ada yang lebih parah lagi, istilah akhawat hanya diperuntukkan bagi muslimah yang satu ‘aliran’, yang beda aliran bukan akhawat. 

Tentu saya lebih setuju makna yang umum, bahwa setiap muslimah yang mentauhidkan Allah, adalah akhawat. Namun yang lebih dikenal banyak orang, akhawat adalah para muslimah aktifis dakwah yang biasanya berjilbab lebar. Dan makna ini yang kita pakai didalam tulisan ini.

Demi Allah. Sungguh anggunnya para muslimah dengan hijab syar’inya, melambai diterpa angin, memancarkan cahaya indah dari sebuah keimanan yang mantap. 

Ya, ke-istiqomah-an seorang muslimah untuk menjaga auratnya dengan jilbab yang syar’i adalah cermin keimanannya, setidaknya dalam hal berpakaian. Sungguh beruntung mereka yang telah menyadari bahwa Allah telah memerintahkan para muslimah untuk berhijab syar’i, dan sungguh tidak akan Allah memerintahkan sesuatu kepada hambanya kecuali itu adalah sebuah kebaikan.

Namun sayang sungguh sayang. Sebagian akhawat yang berhijab syar’i belum menyadari esensi dari hijab yang dipakainya, yaitu untuk menjaga dirinya dari fitnah syahwat. 

Sebagian dari mereka hanya mengganngap hijab syar’i hanya sekedar tuntutan berpakaian dari syari’at, atau ada pula yang hanya menganggapnya sebagai tuntutan mode, supaya terlihat anggun, terlihat cantik, keibuan, dll. Wa’iyyadzubillah. 

Akhirnya ditemukanlah tipe muslimah yang saya sebut akhawat genit, yaitu mereka (muslimah) yang sudah berhijab syar’i, jilbab lebar, namun tidak menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya. 

Mereka tidak menjaga diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah (kerusakan; bencana) yang ditimbulkan dari pergaulan laki-laki dan wanita yang melanggar batas-batas syariat. Padahal seharusnya merekalah (para akhawat) yang mendakwahkan bagaimana cara bergaul yang syar’i.

Mungkin saja para akhawat genit ini belum tahu tentang tuntunan Islam dalam bergaul dengan lawan jenis. Ketahuilah, memang Allah Ta’ala telah mewajibkan ummat muslim berbuat baik dalam segala hal. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik atas segala sesuatu” (HR. Muslim)

Dan memang benar bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya mempererat persaudaraan, ukhuwah sesama muslim, bersikap santun, sopan dan berakhlak baik. 

Namun perlu diperhatikan, hal-hal baik tersebut akan berbeda hukum dan akibatnya jika diterapkan kepada lawan jenis. Berkata manis, santun, mendayu-dayu, itu baik. Namun bila diterapkan kepada lawan jenis, bisa berbahaya. 

Menanyakan kabar kepada seorang kawan, itu baik. Namun bila sang kawan itu lawan jenis, bisa berbahaya. Sering memberi nasehat-nasehat kepada seorang kawan, itu baik. Namun jika ia lawan jenis, bisa berbahaya. Senyum dan menyapa saat berpapasan dengan kawan, itu baik. Namun jika ia lawan jenis, bisa berbahaya. 

Karena Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya:

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menundukkan pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya” (QS. An-Nur : 24)

Berbuat baik memang diperintahkan, namun Allah juga memerintahkan untuk menjaga pandangan dan pergaulan terhadap lawan jenis. Maka janganlah mencampurkan hal-hal baik dengan hal yang dilarang.

Ciri-ciri akhawat genit:

''Berpakaian yang mengundang pandangan''

Ia memakai jilbab, gamis, namun lilbab dan busana muslimah yang digunakanya dibuat sedemikian rupa agar menggoda pandangan para ikhwan. Warna yang mencolok, renda-renda, atau aksesoris lain yang membuat para pria jadi terpancing untuk memandang.

''Senang dilihat''

Akhawat genit, senang sekali bila banyak dilihat oleh para ikhwan. Maka ia pun sering tampil di depan umum, sering mencari-cari perhatian para ikhwan, sering membuat sensasi-sensasi yang memancing perhatian para ikhwan dan suka berjalan melewati jalan yang terdapat para ikhwan berkumpul.

''Kata-kata mesra yang ‘Islami’'

Seringkali para akhawat genit melontarkan ‘kata-kata mesra’ kepada para ikhwan. Tentu saja kata-kata mesra mereka berbeda dengan gayanya orang berpacaran, namun mereka menggunakan gaya bahasa ‘Islami’.

“Jazakalloh yach akhi”

“Kaifa haluka akhi, minta tausiah dunks…”

“Akh, antum bisa saja dech”

“Pak, jangan sampai telat makan lho, sesungguhnya Alloh menyukai hamba-Nya yang qowi”

“Akh, besok syuro jam 9, jangan mpe telat lhoo..”

''SMS tidak penting''

Biasanya para akhawat genit banyak beraksi lewat SMS. Karena aman, tidak ketahuan orang lain, bisa langsung dihapus. Ia sering SMS tidak penting, menanyakan kabar, mengecek shalat malam sang ikhwan, mengecek shaum sunnah, atau SMS hanya untuk mengatakan “Afwan…” atau “Jazakalloh”

''Banyak bercanda''

Akhawat genit banyak bercanda dengan para ikhwan. Mereka pun saling tertawa tanpa takut terkena fitnah hati. Betapa banyak fitnah hati, VMJ, yang hanya berawal dari sebuah canda-mencandai.

''Tidak khawatir berikhtilat''

Ada saat-saat dimana kita tidak bisa menghindari khalwat dan ikhtilat. Namun seharusnya saat berada pada kondisi tersebut seorang mu’min yang takut kepada Allah sepatutnya memiliki rasa khawatir berlama-lama di dalamnya. 

Bukan malah enjoy dan menikmatinya. Demikian si akhawat genit. Saat terjadi ihktilat akhawat genit tidak khawatir. Bukannya ingin cepat-cepat keluar dari kondisi tersebut, akhawat genit malah menikmatinya, berlama-lama, dan malah bercanda-ria dengan pada ikhwan laki-laki di sana.

''Berbicara dengan nada mendayu''

Maksudnya berbicara dengan intonasi kata yang bernada, mendayu, atau agak mendesah, atau dengan gaya agak kekanak-kanakan, atau dengan gaya manja, semua gaya bicara seperti ini dapat menimbulkan ‘bekas’ pada hati laki-laki yang mendengarnya. 

Dan ketahuilah wahai muslimah, hal ini dilarang oleh syariat. Allah Jalla Jalaluhu berfirman yang artinya:

“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)

Para ulama meng-qiyaskan ‘merendahkan suara’ untuk semua gaya bicara yang juga dapat menimbulkan penyakit hati pada lelaki yang mendengarnya.

Maka mari sama-sama kita perbaiki diri bukan hanya untuk akhawat TAPI juga untuk ikhwan. 

Kita tata lagi pergaulan kita dengan lawan jenis. Karena inilah yang telah diperintahkan oleh syariat. Dan tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu kebaikan. Dan tidaklah Allah melarang sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu keburukan. 

Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah mewasiatkan kepada ummatnya bahwa fitnah (cobaan) terbesar bagi kaum laki-laki adalah cobaan syahwat, yaitu yang berasal dari wanita:

”Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (HR. Muslim)

By:divisi_dakwah

#NtMS

Friday, May 3, 2013

Malam ini judulnya galau. Huahahaha. Soalnya saya rasis banget. Sebenernya bukan rasis sih, cuma biar familiar saya pake rasis aja. Jadi rasis kenapa, karena saya lagi kepingin ngomong sama orang yang ngerti pikiran saya aja. Lagi ngangenin orang yang nyambung sama saya aja. Mereka kayak Marina, Melati (Melati gak sedarah, tapi darah ketemu gede) yang kalo ngomong sama saya bisa kemana-mana. Dari youtube sampe sapi ekspor impor. Sebagai pemilik darah minoritas, rasanya seneng kalo ketemu orang sedarah (tuh kan rasis). Ekspektasi saya, dia bakal nyambung sama saya. Ini nih kemakan bujukan golongan darah.

Ya udah sih, ini postingan apa. Tugas saya banyak sebenernya, tapi maunya ngeblog. Gimana dong?

Wednesday, May 1, 2013

Lemahlah setiap jiwa yang ingin lemah
Mundurlah yang tidak kuat bertahan
Silahkan yang mengalami kefuturan

Sekiranya semua sepakat untuk berhenti mengusung kemuliaan ini,
aku akan tetap bertahan disini bersama Rabbku

Sampai kemenangan menjadi nyata,
atau syahid memuliakan diriku

(Sayyid Quthb)








Ayah, sedang apa?

Perjalanan #1