bagi seluruh alam.
Bagi siapa diantara kamu
yang menghendaki jalan yang lurus.
Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu,
Kecuali apabila dikehendaki oleh Allah,
Tuhan seluruh alam
(At Takwir, 27-29)
MasyaAllah. Tadi sore dibacakan ayat ini dan hanya masyaAllah. Betapa beruntungnya saya yang masih mampu menikmati jalan ini. Merasakan cinta Allah yang masyaAllah bertubi-tubi datangnya. Walaupun saya masih terseok-seok membangun keimanan hati ini, masih harus pontang-panting memperbaiki diri, dan iman yang masih compang-camping disana sini. Sebuah syukur yang mendalam ketika Allah masih menguatkan saya untuk bertahan di jalan ini.
Dan saya mencoba komparasikan dengan Abu Jahal (asbabun nuzul turunnya At Takwir 28), yang bahkan jelas-jelas menolak menempuh jalan yang lurus ini. Sejatinya bukan Abu Jahal yang tidak ingin, tapi Allah. Allah yang bahkan tidak ngin menerima iman Abu Jahal.
Tidak heran, bagaimana Rosululloh sholat malam hingga bengkak-bengkak. Sebagai bentuk syukurku yang lebih pada Allah, kata beliau. Ternyata, salah satu nikmat terhebat itu adalah iman ini. Nikmat iman yang sangat sering sekali saya lupakan. Nikmat iman yang sungguh seharusnya mampu membuat saya bersyukur lebih-lebih, lebih dari ini. Jauh lebih dari ini.
No comments:
Post a Comment