Thursday, June 27, 2013

Sebelum memori manisku denganmu habis terkikis lobus-lobus otakku yang mengalami degenerasi, terkadang ingatanku itu harus kutuangkan dalam tulisan. Seperti pensieve. Aku takut tidak akan ada memori manis lagi antara kita. Karena hubungan kita sudah sangat jauh lebih renggang, hubungan kita sudah terlanjur tidak bisa kembali seperti dulu. Karena sudah terlalu banyak orang lain di antara kita.

Aku bersyukur, kau pernah menjadi sosok yang selalu aku rindukan. Yang selalu aku turuti, yang membuatku menangis tiap kau pergi, yang janjinya tetap kutunggu dan selalu aku percaya.

Hingga nanti aku punya cucu, mungkin hanya segelintir memori ini yang mampu aku bangga-banggakan di pikiranku. Pernah merasakan sosokmu, sebagai sosokmu. Aku tidak menuntut lebih, karena memang sudah tidak mungkin lagi aku meminta lebih darimu.

Sampai hari ini, kadang engkau masih menjadi alasanku untuk menangis, seperti dulu. Seperti Minggu-minggu sore saat kau bilang akan pergi. Dan sampai sampai hari ini, aku masih menunggu, jika kau berjanji untukku. Ya, ternyata aku masih seperti dulu. Aku tidak mengharapkan kau ada untukku, hanya sisi melankolis ini yang menuntunku selalu mencari-cari memori manis ketika kita adalah kita. Ketika sosokmu, ada dalam sosokmu. Ketika aku belum mampu menganalisis kenyataan dan merasakan pahitnya realita. Ketika aku terperangkap dalam tubuh kecilku.

Aku terlalu banyak omong, singkatnya aku rindu.

Wednesday, June 26, 2013


Bukan haroki, bukan gerakan, bukan golongan yang akan membawamu ke syurga. Tapi bagaimana haroki/gerakan/golongan yang kamu pilih itu mampu menjadi fasilitasmu untuk beramal dan mendekatkanmu dengan Tuhanmu


Sedang mengamati seorang kawan yang sedang bimbang akan berada disini atau menyeberang ke yang lain. Awalnya saya 'tidak rela', tapi memang itu adalah sebuah usaha. Bentuk usaha dari seseorang mencari dimana tempat sebenarnya beliau bisa nyaman beribadah dan mengabdikan hidupnya untuk Allah. Carilah, kemudian berpegang teguhlah, kata seseorang.



Thursday, June 20, 2013

Puk puk dari seorang teman hari ini, untuk sebuah takdir yang tertunda. Terasa dan terdengar tulus. Dan memang saya tahu tulusnya, seperti ketika takdir tertunda edisi sebelumnya. 'Tetep semangat ya walaupun belum dapet', saya yang santai saja masih berdamai dengan takdir, bukannya malah mendapat semangat tapi mendapatkan yang lain. Saya menyadari, bagaimana tulusnya beliau menyemangati saya (walaupun dengan nada datar zzz) tapi ketulusan itu terbaca jelas. Beliau bisa menempatkan dirinya jika berada di posisi saya, dan beliau berhasil sampaikan itu dengan penuh empati. Empati yang selama kuliah ini saya pelajari teorinya hingga berbusa, hari itu saya merasakan menjadi pasien yang mendapat empati dari seorang dokter.

Terima kasih teman sejawat, setahun ini sudah banyak belajar darimu. Tetap semangat juga untukmu, semoga dipertemukan lagi dengan ayahmu di surga Allah nanti :)




Akan selalu ada usaha, sebelum Allah tentukan hasilnya

Wednesday, June 19, 2013

Alloh adalah pengikat hati. Bukan aku, bukan kamu, bukan dengan ngobrol, bahkan bukan karena ikatan darah

Monday, June 17, 2013

Beliau sebut itu rumah cahaya. Semoga menjadi jawaban untuk para pencari cahaya. Dan semoga saya tidak akan pernah berhenti mencari cahaya. Karena akan selalu ada cahaya di atas cahaya.

Sunday, June 16, 2013

Time goes by

Barusan nemu foto saya jaman SD. Time goes by, everyone grows up with their own way. Jaman SD dulu mungkin yang suka jambak-jambakan, sekarang udah bisa hidup dari uang sendiri. Dengan tarbiyah dari Allah yang berbeda tiap-tiap orang. Dengan jalan hidup yang tentu saja berbeda pula dari masing-masing individu. 

Teringat waktu SD dulu, saat ada mahasiswa UGM yang mengadakan KKN di Kebumen. Saat itu dengan mantap saya bilang saya akan di UGM juga mbak, jurusan Pertanian. Karena backgorund Ayah yang  memang sarjana pertanian. Dan hari ini, saya sudah hidup di Jogja, di UGM. Time goes really fast.

Rindunya dengan teman-teman, dengan guru-guru SD. Masih teringat jelas, mungkin hingga saya tua nanti (Tentu saja, karena memori implisit secara normal akan tersimpan hingga tua), kelebatan-kelebatan scene hidup saya ketika SD. Pertama kali saya menggunakan kata 'mendramatisir', sebuah kosa kata yang saya dengar dari tante saya dan saya merasa hebat sekali saat itu waktu mengatakannya. Masih teringat wajah-wajah teman-teman SD saya, yang polos, yang galak, yang baik, yang cantik, yang pintar matematika, yang kaya artis India. I really wanna meet 'em. Apa kabar sekarang?

Foto ini diambil waktu seorang teman sekaligus saudara saya merayakan ulang tahunnya entaha yang keberapa. Eyang saya yang ini sudah meninggal. Semakin menyadarkan saya bahwa waktu itu berjalan. Konstan namun relatif.

Di ulang tahun saudara saya yang juga temen SD saya


*Teringat belum silaturahim lama sekali ke Guru SD

Saturday, June 1, 2013

Jodoh kita sudah tertulis di lauhul mahfuzh

Mau diambil lewat jalan halal ataukah haram, dapatnya yang itu juga

Yang beda, rasa berkahnya

Bukan tentang apa dan siapa, tapi bagaimana Allah memberikannya

Diulurkan lembut dan mesra atau dilempar penuh murka?

--Salim A. Fillah


Perjalanan #1