Puk puk dari seorang teman hari ini, untuk sebuah takdir yang tertunda. Terasa dan terdengar tulus. Dan memang saya tahu tulusnya, seperti ketika takdir tertunda edisi sebelumnya. 'Tetep semangat ya walaupun belum dapet', saya yang santai saja masih berdamai dengan takdir, bukannya malah mendapat semangat tapi mendapatkan yang lain. Saya menyadari, bagaimana tulusnya beliau menyemangati saya (walaupun dengan nada datar zzz) tapi ketulusan itu terbaca jelas. Beliau bisa menempatkan dirinya jika berada di posisi saya, dan beliau berhasil sampaikan itu dengan penuh empati. Empati yang selama kuliah ini saya pelajari teorinya hingga berbusa, hari itu saya merasakan menjadi pasien yang mendapat empati dari seorang dokter.
Terima kasih teman sejawat, setahun ini sudah banyak belajar darimu. Tetap semangat juga untukmu, semoga dipertemukan lagi dengan ayahmu di surga Allah nanti :)
No comments:
Post a Comment