Terlalu banyak cahaya di Jogja, langit jadi selalu gelap. Hukum cahaya yang alam buat sendiri. Jika di satu sisi cahaya terlalu terang, maka di sisi yang lain tidak ada pilihan lain selain menjadi gelap. Kecuali, dia mampu menciptakan cahaya dengan kekuatan yang sama atau lebih. Itu adalah hukum. Tidak akan ada dua orang menduduki peringkat yang sama kecuali dengan jumlah nilai yang sama.
Ketika SMA, guru fisika saya berpesan : 'Kalau sholat tahajud, lampunya dimatikan saja.'
Saya yang tidak menemukan alasan kenapa jadi bertanya-tanya. Beliau bilang : ketika kamu berada dalam ruang gelap, maka disanalah hati kamu akan menjadi cahaya. Beliau adalah orang yang logis dan penuh misteri. Sering beliau biarkan kami muridnya kelimpungan mencari jawaban dari filosofi-filosofi yang beliau nasihatkan untuk kami. Sampai hari ini, entah benar atau tidak, saya merasa menemukan alasannya. Ketika gelap, sholat cenderung akan lebih khusuk. Karena dalam gelap, hal-hal duniawi tidak terlihat. Terasa seakan memang di dalam ruang itu hanya ada saya dan Tuhan saja. Hanya saya dan Tuhan, 'berdialog' dengan hati saya yang menjadi cahayanya. Dan cahaya adalah pengarah jalannya.
Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam tabung kaca,
dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi,
yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur
dan tidak pula di barat,
yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya,
Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia Kehendaki,
dan Allah Membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
(An-Nur : 35)
(gambar ada disini)
No comments:
Post a Comment