Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, ketahuilah bahwa telah
lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin
Walid. Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari
Pahlawan Indonesia:
“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan
pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki
seperti Khalid bin Walid?”
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Asma’
binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk
terus berjuang melawan kezaliman.
“Isy kariman au mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati
syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair.
Maka Ibnu Zubair pun
terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh
mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga
akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan
kata-kata Asma’ abadi hingga kini.
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Nuwair binti
Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi
anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia
datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut
perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia
kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu
meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan
potensinya yang lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena
kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun
berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Karena ibu, namanya
akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Shafiyyah
binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk
shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu
membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai
ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak
lain adalah Imam Ahmad.
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang terus
mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini
terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan
untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya:
“Ya Allah Tuhan yang
menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh,
menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan
Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah
urusannya. Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat
melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna,
amin!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu,
tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama
aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang
menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya
Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya
untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk
mencapai cita-cita itu.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal
Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang
anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil
haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.
Hingga akhirnya
Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang
disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena
setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
***
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah orang yang pertama
kali yakin bahwa anakmu pasti sukses. Dan kau menanamkan keyakinan yang
sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah
menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran
sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan
buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor,
bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang
Kimia tahun 1999.
No comments:
Post a Comment